A. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Persalinan
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.
Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari.
Di samping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, di mana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi di mana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Di antaranya :
1. Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula, memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh
2. Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Soalnya, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal.Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
3. Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
4. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.
5. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbohidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan. Akan halnya telur tak masalah, karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
6. Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan. Ini benar karena bisa mengakibatkan pendarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape. Pun untuk masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran.
7. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.
Sebetulnya kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu.
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil, apakah mencukupi atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar dan kemampuan komunikasi yang kurang.
B. Aspek Sosial Budaya Pada Masa Nifas
1. Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat kota :
• Pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
Adapun dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur, daging, udang, ikan laut keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada.
• Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam atau biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan / dibakar sebelum dikonsumsi.
Adapun dampak negative pada ibu apabila setelah melahirkan atau di operasi hanya dapat mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa garam dan makanan harus dibakar sebelum di konsumsi adalah dapat merugikan karena dapat menghambat penyembuhan luka karena pada dasarnya makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka dan dampak positif dari larangan ini tidak ada.
• Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang.
Adapun dampak negative dari dilarangnya seorang ibu tidur siang, ibu menjadi kurang istirahat sedangkan pada masa nifas seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi dan dampak akan dilarangnya seorang ibu untuk tidur siang tidak ada.
• Pada masa nifas dan saat menyusui, ibu harus puasa, tidak memakan makanan yang padat setelah waktu maghrib.
Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya pada masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan ibu yang sedang berada pada masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali namun adapun dampak negative dari di anjurkannya seorang ibu berpuasa yaitu ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang dan dampak positif akan anjuran ini tidak ada.
• Pada masa nifas, ibu tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari
Hal ini tidak diperlukan karena pada masa nifas, ibu dan bayi yang baru lahir harus periksa kesehatan sang bayi sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari guna pemberian imunisasi bagi si bayi tersebut dan dampak positif akan pelarangan ini tidak ada.
• Setelah melahirkan ibu dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel.
Dampak positif mengenai anjuran pada ibu yang baru saja melahirkan dan bayi yang baru dilahirkan ini adalah jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi lancar, namun adapun dampak negative akan anjuran ini bila si ibu dan bayi dipijat atau diurut ialah apabila pijat salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan sedangkan apabila diberi pilis atau lerongan maupun tape, hal ini dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi pada ibu dan bayi tersebut.
• Pada masa nifas, ibu harus minum abu dari dapur yang dicampur dengan air, kemudian disaring, dicampur garam dan asam lalu diminumkan kepada si ibu supaya ASI banyak.
Abu, garam dan asam merupakan bahan-bahan yang tidak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya, jadi anjuran ini jelas sangat merugikan dan tidak terdapat dampak positive mengenai anjuran kepada si ibu untuk mengkonsumsi abu yang dicampur dengan air dan garam.
• Pada masa nifas, ibu tidak diperbolehkan melakukan hubungan intim .
Adapun dampak positif akan tidak diperbolehkannya si ibu untuk melakukan hubungan intim yakni jika ditinjau dari sisi medis, bersanggama atau melakukan hubungan intim memang dilarang selama 40 hari pertama usai proses melahirkan. Alasannya, aktivitas tersebut akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya infeksi atau bahkan perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi dan dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada jika ditinjau dalam hal medis.
2. Adapun macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, di antaranya :
• Pada masa nifas, ibu yang baru melalui proses kelahiran harus memakai sandal kemana pun si ibu tersebut berpergian dan hal ini harus berlangsung selama 40 hari setelah proses melahirkan.
• Ibu harus memakai stagen atau udet (centing)
Dampak negative akan anjuran ini jelas tidak ada bahkan apabila di rutinkan akan pemakaian stagen atau centing tersebut akan memulihkan fisik sang ibu seperti sedia kala sebelum melahirkan.
• Pada masa nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi jamu.
Hal ini jelas berdampak positif karena dapat mempercepat pemulihan rahim ke kondisi semula dan tidak ada dampak negative meengenai anjuran untuk mengkonsumsi jamu ini.
• Pada masa nifas, si ibu juga dianjurkan untuk memakai lulur pakram kocok di seluruh badan ibu tersebut
Hal ini mempunyai dampak positive bagi si ibu yaitu dapat menghilangkan rasa lelah pada badan si ibu tersebut dan mengenai anjuran ini tidak terdapat dampak negative baik untuk ibu maupun bayi yang baru dilahirkan.
• Pada masa nifas, ibu dilarang berbicara dengan nada keras
Larangan ini jelas tidak memiliki dampak negative, larangan ini justru baik untuk si ibu karena pada dasarnya berbicara dengan nada keras sangat tidak dianjurkan bagi siapapun.
• Setiap pagi, si ibu harus mandi keramas.
Adapun tujuan dari larangan tersebut ialah agar badan si ibu merasakan kesegaran dan peredaran darah si ibu lancar dan dampak negative akan anjuran untuk ibu selalu mandi keramas setiap hari ini jelas tidak ada.
• Jika sang ibu tidur atau duduk harus meluruskan kakinya.
Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa nifas jelas hal ini sangat mempunyai dampak yang positive bagi si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada posisi miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu tersebut karena tulang ibu pada masa nifas seperti bayi, yang apabila si ibu melakukan gerakan miring pada saat tidur dan menekuk saat duduk akan berisiko, larangan ini baik untuk ibu karena pada ibu pada masa nifas mudah terkena varises dan dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik bagi si ibu maupun pada bayi yang baru dilahirkan.
• Ibu pada masa nifas harus mengkonsumsi makanan yang bergizi terlebih sang ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran.
Adapun dampak positive akan ajuran ini, ibu menjadi lebih sehat dengan mengkonsumsi banyak sayur-sayuran dan danpak negative yang disebabkan akan anjuran ini pun tidak ada baik untuk ibu maupun untuk si bayi.
• Pada masa nifas, ibu dianjurkan agar tidak memakai perhiasan
Larangan ini bertujuan agar dengan tidak memakai perhiasan tersebut, ibu tidak mengganggu aktivitas bayi yang baru dilahirkan dan mengenai anjuran ini jelas tidak memiliki dampak yang negative.
Sebenarnya masih banyak beberapa kepercayaan maupun upacara yang berkaitan dengan penyulit menjelang persalinan, namun demikian pada intinya sama adalah memberi dukungan positif bagi seorang ibu yang sedang hamil.
Dalam praktek tradisional, memang ada banyak hal yang tak jarang dikaitkan dengan mitos – mitos dan sedikit berbau tahayul. Namun demikian kita tidak perlu menyikapinya dengan antipati. Petiklah hal-hal positif yang tentu saja tidak merugikan bagi ibu hamil. Hal penting adalah jangan sampai kita lambat laun melupakan warisan kekayaan tradisi asli nusantara kita terutama di Indonesia ini.
C. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Bayi Baru Lahir (BBL)
Seorang bayi yang baru lahir umumnya mempunyai berat sekitar 2.7 – 3.6 kg dengan panjang 45 – 55 cm. Tetapi ia akan kehilangan sampai 10 % dri berat tubuhnya dalam hari-hari setelah kelahiran. Kemudian pada akhir minggu pertama berat tubuhnya akan mulai naik kembali.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan beberapa minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah selaput keras menutupi dua titik lunak dari kepala disebut fontonel. Di mana tulang-tulang tengkorak belum menyatu dan menutup dengan sempurna.
1. Pengertian Bayi Yang Baru Lahir (BBL)
BBL ialah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir < 2500 g. Istilah BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah bayi prematur. Untuk mendapatkan keseragaman, pada kongres “EUROPEAN PERINATAL MEDICINE II’ di Londong tahun 1970, diusulkan defenisi sebagai berikut :
a) Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu (249 hari)
b) Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 sampai empat puluh dua minggu (259 sampai 293 hari)
c) Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
Dengan pengertian tersebut, maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dipakai 2 golongan :
a) Prematuritos murni bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk masa kehamilan itu biasa disebut dengan neonatus kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan (NKB SMK)
b) Maturitas bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk kehamilan itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB- SMK). Berarti bayi mengalami gangguan intra uterine dan merupakan bayi yang kecil masa kehamilan (KMK)
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam 3 kelompok :
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000 – 1500 gram (<1500 gram
c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram.
Bayi berat lahir rendah dipengaruhi dari beberapa faktor :
a) Faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu seperti: umur ibu, umur kehamilan, paritos, berat badan dan tinggi badan, status gizi (nutrisi), anemia, kebiasaan minum alkohol dan merokok, penyakit-penyakit keadaan tertentu waktu hamil (misalnya anemia, pendarahan dan lain-lain), jarak kehamilan, kehamilan ganda, riwayat abortus.
b) Faktor janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan bawaan
c) Faktor-faktor bayi seperti jenis kelainan dan ras
d) Faktor lingkungan seperti pendidikan dan pengetahuan ibu, pekerjaan, dan status sosial ekonomi dan budaya
e) Pelayanan kesehatan (antenatal cores)
Perilaku social budaya di masyarakat pada bayi baru lahir :
• Menaruh ramuan pada tali pusat
• Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
• Khitan yang dilakukan pada bayi laki-laki dan perempuan
D. Peran Bidan di Komunitas Terhadap Perilaku Selama Persalinan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan di antaranya :
1. Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.
2. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3. Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
4. KIE tentang perilaku positif dan negative
5. Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca persalinan, bayi dan balita.
6. KIE tentang masa nifas
7. KIE tentang perawatan bayi
Belum ada komentar untuk "MATERI KUKEBIDANAN : ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA MASA PERSALINAN, NIFAS & BAYI BARU LAHIR (BBL)"