media pendidikan LENTERA

Menebar Spirit, Edukasi & Inspirasi

PESANTREN SEBAGAI MEDIA TRANSFORMASI SOSIAL





PESANTREN SEBAGAI MEDIA TRANSFORMASI SOSIAL
Muhammadun, M.Si
(Dosen STAI Bunga Bangsa Cirebon)
 

Mahasiswa sebagai bagian  kecil sekaligus kelompok elit menengah dari rakyat Indonesia mengemban tanggung jawab sebagai calon cendekiawan yang diharapkan mampu meneruskan perjuangan dimasa-masa yang akan datang.
Kampus sebagai institusi pendidikan merupakan salah satu alternatif akan membekali, menyiapkan dan membentuk manusia yang berkualitas, khususnya dalam olah rasio (pikir) oleh karenanya wajar bila kampus kurang memberikan bekal dalam keagamaan, kecuali institusi tersebut merupakan lembaga pendidikan perlu terbentuknya lembaga keagamaan (pesantren).
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan moral, mental didirikan atas dasar kesadaran dan keikhlasan bahwa keluhuran manusia ditentukan hanya dengan ilmu pengetahuan dan agama.
Dengan ilmu pengetahuan dan agama, permasalahan menjadi mudah dan stabil, teratur, terkendali dan tidak mudah terjerumus pada kemauan hawa nafsu yang menyesatkan (labil), dari kondisi yang demikian diperlukan pesantren Mahasiswa yang bertujuan membentuk manusia cendekia yang berakidah benar dan kuat sebagai dasar bagi setiap gerak dan langkahnya, menguasai dasar-dasar agama melalui Studi Al-Qur’an, Hadits, bahasa arab, serta berakhlakul karimah, adil, arif, toleran (tasamuh) dan serasi (tawazun) dalam rangka menuju cita-cita serta mengabdi kepada Allah, masyarakat, bangsa dan Negara serta menegakan amar ma’ruf nahi munkar, serta terhindar dari sifat tatorrof (ekstrim).
Pesantren Mahasiswa mempunya tugas menghadirkan produk insane-insan yang lengkap:
1.    Menjunjung tinggi norma-norma serta nilai agama Islam.
2.    Menjunjung tinggi kelompok atas ajaran agama, ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
3.    Menjunjung tinggi kepeloporan atas perkembangan masyarakat.
4.    Membentuk generasi yang ikhlas dalam beramal dan berjuang.
5.    Bermoral dan jujur dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
6.    Melatih kedekatan dengan persaudaraan.
7.    Siap menyesuaikan diri dengan perubahan yang membawa ma’rifat bagi kemaslahatan lingkungan dan umat manusia.

A.    Sekilas Tentang Pesantren Mahasiswa
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud wajar perkembangan system Pendidikan Nasional dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna  keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia sebab, lembaga serupa pesantren ini sebenarnya sudah sejak pada masa kekuasaan Hindu-Budha, sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pensisikan yang sudah ada.
Apabila berbicara tentang kehidupan Pesantren Mahasiswa terpancang sebuah bentuk kehidupan dua kepribadian dari manusia “Mahasiswa” dan “Santri” nampaklah disini sebagai kesan yang memiliki kemampuan berfikir dialektis antara bentuk santri yang secara normatif adalah tradisional dan mahasiswa yang berfikir progresif.
Pola kehidupan Mahasiswa yang sealu “resah” dengan masa depannya pada hakikatnya laksana manusia yang sedang melihat fata morganadi sepanjang jalan yang dilaluinya, nampak jelas bayangan (idea) yang mantap di depannya akan tetapi pada kenyataannya mengalami kegetiran (haus, dahaga). Oleh karena itu, obsesi terhadap cita-cita masa depannya sering menimbulkan gerakan protes dan kritik bagaikan “Sang Nabi” menghadapi menghadapi umatnya yang jauh dari standar moral yang di milikinya.
Beda halnya dengan sosok seorang “Santri” dalam arti tradisional yang selalu optimis menghadapi kenyataan, kehidupan dari Sang Guru (Kyai) meskipun terjadi kegetiran, kepahitan mereka sudah terbiasa menerima “kultur pendidikan” yang melegitimasi “Sabda” yang selalu penuh keyakinan benar. Bahkan mungkin saja membela kemampuan yang tidak dilakukan oleh “Sang penyabda”.
Dilihat dari sudut kelahiran dua jenis makhluk di atas, pesantren sebagai lembaga keagamaan merupakan produk masa atas era keagamaan dan era kemoderenan dengan pradigma “Sains” yang lebih mengembangkan “Insting” inin tahu dalam proses pendidikan.

B.     Permasalahan Strategis Kaula Muda
Secara teoritik “Santri – Mahasiswa” sebagai elit terdidik pada pengalaman historis merupakan gerakan minoritas yang terbiasa menjadi elit yang bakal menentukan masa depan dalam masyarakat. Kelompok inilah yang mampu merubah jalannya sejarah bangsa sekaligus menentukan peradabannya yang baru. Hal ini telah banyak terbukti dalam sejarah.
Dari sudut perkembanhan pemikiran dunia santri sampai dunia mahasiswa, nampak adanya dua kutub yang dinamis yakini kutub pewaris “platonik” dengan prospek berfikir “empirik”. Berfikir platonik mencoba memahami realitas dalam gaya ontologism. Sedangkan berfikir empiris memahami realitas selalu dalam essensi yang berubah terus menerus.
Dari berbagai kenyataan di atas, maka perlu bagi masyarakat. “Santri – Mahasiswa” menemukan senjatanya dalam ikut serta menciptakan peradaban baru pada masa depannya. Yakni memadukan kedua kemampuan berfikir di atas melalui kemampuan intuisi sebagai metode pengetahuan.
Konsep “Ngelmu”sebagai bagian dari perasaan Agama yang bersifat subjektif mampu menerapkan “ilmu” sebagai perangkat metodologis dalam melihat realita kehidupan masyarakat.
Dengan memiliki kualitas rasiolitasnya yang tinggi mampu memperkuat etosanya bersifat “supra natural” (non rasional). Yaitu “Ngelmu”. Didini kita bias lihat hubungan rasa dengan rasio tepatlah kiranya “Santri - Mahasiswa” mengenali perangkat seains yang telah bertumpu pada rasa keagamaan.
Dengan kemampuan Intuisinya Santri – Mahasiswa bias berfikir agar masyarakat yang mampu dapat ditransformasikan kearah masyarakat menurut idealnya. Akan tetapi dalam masyarakat dunia ketiga pada umumnya, kehidupan masyarakat ilimyah (pesantren – universitas) masih merupakan bagian integraldari birokrasi, baik yang kharismatik ataupun yang rasional.
Dalam kondisi seperti ini masyarakat santri mahasiswa belum merupakan kekuatan yang menentukan. Baragkali baru sebagai kekuatan yang determinan. Tetapi pesantren mahasiswa, disamping sebagai kekuatan rasional dan agama dapat ditugasi permasalahan yang strategis dalam pengembangan masa depan karena pesantren mahasiswa sudah memakai menegerial modern dan memiliki litbang. Maka problem-problem kemanusiaan yang mendesak khususnya bagi umat islam Pesantren Mahasiswa mampu berperan serta untuk mengentaskan kemiskina, SDM, pembangunan, etos kerja dan lahan kerja di masa yang akan dating.
Konsep kepasrahan, kepuasan yang religious, ketaatan kepada “pepunden” dan sebagainya. Menurut perkembangan zaman, perlu di transformasikan ke arah tuntunan masa kini. Sehingga manusia dituntut adanya “pencerahan diri”.
Pesantren telah banyak memberikan andil bagi pembangunan SDM kita sejak zaman penjajahan hingga saat ini walaupun sementara orang tidak meyakini keberadaan pesantren yang telah berjumlah kurang lebih 40.0000 jumlahnya tersebar diberbagai penjuru tanah air sehingga alumni pesantren tidak jarang  tersebar bukan sebagai penerus dibidangnya tetapi telah banyak alumni pesantren yang telah duduk diberbagai instansi baik diperguruan tinggi, birokrasi bahkan sebagai obor masyarakat yang taampil di TU, media lainnya pada saat ini  dan keberadaannya tidak diragukan lagi baik darisegi aspek ilmu pengetahuan, eksistensinya, moral dan dedikasinya dalam membina umat dan bangsa ini.
Kita tidak pernah menyaksikan ketimpangan – ketimpangan moraldan perilaku di pesantren, masyarakat dan diberbagai lapangan. Akan tetapi eksistensi pesantren secara eksplisit tidak pernah diakui tetapi secara eksplisit tetap berdiri tegak bahkan Insya Allah sepanjang masa tetap akan eksis dan dihajatkan oleh bangsa ini karena apapun manusia diciptakan oleh Allah atas dua komponen, yaitu Aklu dn Qolbu yang selalu berperan dalam sepanjang tugas manusia dalam kancah hidupnya. Pesantren tetap memiliki tugas mengisi dan membina dua komponen tsb.sedang sekolah formal, SD, SMO, SMU bahkan perguruan tinggi hanya mengisi komponen aklu.
Maka disinilah bahwa pesantren tetap unggul. Pesantren memiliki kwalitas yang bisa diandalkanbaik mental dan sikap karena pesantern memiliki, Ta’lim, Ta’dzim, Tarbiyah bahkan kepemimpinan (Amin Rais dalam Pembukaan Pesantren UII, 1996).
Pesantren bahkan juga memiliki nilai lebih dalam hal kemandirian, para santri mempunyai gairah yang kuat untuk mandiri, sehingga dalam soal pengangguran yang telah mencapai ambang mengkhawatirkan dewasa ini, ketika banyak sarjana yang nganggur, mereka mau bekerja apa saja tanpa oilih – pilih yang penting halal. Dengan semangat tersebut, banyak santri yang tidak hanya mampu menciptakan lapangannya, tetapi juga untuk masyarakat. ( DR.dr. wahjoetomo. 15. 1997).

C.  Sejarah Pondok Pesantren
Memang tentang perjalanan Pesantren tidak banyak referensi yang lengkap sejak berdirinya pesantren bukan istilah Pondok Pesantren masih banyak yang memperselisihkan.
Menurut Manfred Zumek, kata Pondok berasal dari kata funduk (arab) yang berarati ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok merupakan tempat penampungan sederhana bbagi pelajar yang jauh dari tempat asalnya, sedangkan kata Pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan “pe” dan akhiran ‘An” yang berarti menunjukan tempat, maka artinya adalah “Tempat santri”. Terkadang juga di anggap sebagai gabungan dari kata “San” (manusia baik) dengan suku kata “tra” (suka menolong). Sehingga nama pesantren dapat berarti “tempat pendidikan manusia baik-baik” (Manfred Zumek 1986).
Sedangkan menurut Greerts, pengertianpesantren diturunkan dari bahasa India “Shastri” yang berarti “Ilmuan hindu yang pandai menulis”, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. (DR. dr. Wahjoetomo.70.1997).
Terlepas dari semua di atas, maka istilah Pondok Pesantren dalam pembahasan ini adalah sebuah lembaga pendidikan dan pengembangan agama Islam, dan pengembangan Islam di tanah air (khususnya di Jawa) dimulai dan di bawa oleh Wali Songo, maka sejak itulah pesantren berhubung hingga saat ini bahkan sampai kapanpun.

D.    Model-Model Pesantren
Pondok pesantren dengan segala perkembangannya memiliki cirri khas dan penekanan tersendiri, tidaklah berarti bahwa lembaga-lembaga lainnya tersebut benarbenar berbeda satu sama yang lain masih sangat terkait, system yang digunakan pada suatu pesantren juga diterapkan di pesantren lain, dan sebaliknya.
Oleh sebab itu, amat sulit untuk menggolongkan lembaga-lembaga pesantren dalam tipologi tertentu, misalnya pesantren Salaf, Moderen, pesantren Tradisional, pesantren Mahasiswa, pesantren Kilat dan lain-lain.

1.    Pesantren Salaf
Menurut DR. Zamakhsyari Dhofir bahwa Pesantren Salaf adalah lembaga yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan, sedangkan system Madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan system sorogan yang di pakai dalm lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenal pengajaran pengetahuan umum.
Spesialisasi system salaf adalah menerapkan model sorogan (persentasi di depan guru, kyai) dan weton (waktu) dikatakan demikian dan model ini adalah dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.

2.    Pesantren Moderen
Pesantren model ini ialah memasukan pelajaran umum dalam kurikulum Madrasah yang di kembangkan, atau pesantren yang membentuk tipe sekoah-sekolah umum seperti SMP, SMA, dan bahkan Perguruan Tinggi dalam lingkungannya misalkan PP. Darul Ulum Jombang, PP. Cipasuk Tasikmalaya dan lain-lain.

3.    Pesantren Kilat
Tipe pesantren kilat, sebenarnya muncul pada decade sepuluh tahun terakhir ini stelah muncul, mata pelajaran dan mata kuliah terbatas hanya 1 jam dalam SD, SMP, SMA, sedangkan 2 sks untuk tingkat perguruan tinggi yangini menyebabkan kurangnya santri agama disajikan oleh pemerintah kita yang notaben umat islam sebagai umat mayoritas, hal ini menyebabkan timbulnya pesantren kilat di berbagai kota dan daerah untuk menangkis budaya barat yang merubah situasi anak didik sehingga para tokoh islam, ulama dan para kyai terpanggil untuk memberikan sebuah system pengajaran agama islam dalam waktu liburan dengan pesantren kilat.
Misalnya di pesantren Al-Muhsin diadakan denganistilah BAIR (Bimbingan Agama Intensif Romadhon) yang sekarang sudah ang ke sepuluh kalinya dan BAIL yang kedua system ini sebagai lembaga tetap pada setiap Romadhon  dan setiap liburan pada setiap tahunnya diselengrakan baik itu untuk tingkat SD, SMP, SMA dan tingkat Perguruan Tinggi. Pesantren kilat seperti ini juga di selenggarakan oleh Pesantren Budi Mulya yang setiap tahun juga menyelenggarakan kegiatan seperti ini pula yang menjadikan kebanggaan ketika bahwa: para peserta pesantren kilat adalah anak seorang pejabat, dosen, intelektual dan para penguasa yang semua itu untuk kebaikan putra putrinya dalam sikap dan prilakunya.

E.     Pesantren Kilat Sebagai Media Pembinaan Akhlak dan Kepribadian Remaja Muslim
Masyarakat modern menurut Pater L. Berger tidak begitu lagi menjawab persoalan-persoalan metafisis tentang eksistensi dari manusia, asal mula kehidupan, makna dan tujuan hidup di jagat raya ini. Kecenderungan ini terjadi karena proses rasionalisme yang menyertai moderitas telah menyertakan sekenarisasi kesadaran yang memperlemah fungsi kanopi suci agama dari domain kehidupan para pemeluknya dan menciptakan suasana chaos, atau ketidak berartian hidup pada diri manusia modern. (Haedar Nashir, 11, 1997).
Masyarakat Indonesia saatini belumlah sampai tarap kehidupan modern sebagaimana dialami bangsa-bangsa maju yang berada dalam proses rasionalisasi dan sekularisasi yang semakin nyata. Namun, berkaitan dengan semakin mekarnya peristiwa-peristiwa sadism dan berbagai bentuk kekerasan dan kecongkakan dalam penyelesaian masalah-masalah social yang aktual dalam berbagai segi kehiduan di tanah air kita.
Dalam hal ini perlu mempersiapkan jati diri yang mapan untuk menghadapi gejolak masa depan kehidupan, terutama anak remaja kita yang tubuh baik namun apabila serangan-serangan budaya dan prilaku sadism itu berpengaruh terhadap kehidupan mereka maka akan merubah kondisi remaja kita, dengan perubahan yang sangat fatal dalam kehidupannya dan masa depannya, maka alternative yang terbaik adalah kegiatan pesantren kilat merupakan masalah satu wahana untuk membentuk membentuk jati diri yang baikwalaupun dalam waktu yang relative singkat tapi tetap memberikan pengaruh yang positif.
Memang menurut DR. Amin Rais bahwa pesantren memiliki kelebihan kelebihan dari pada lembaga pendidikan yang lain karena pesantren walaupun sifatnya kilat tapi tetap ada empat komponen seperti:
1.    Ta’lim : yang di maksudkan bahwa transfer ilmu dari guru k murid disertai komunikasi yang akrab bahkan guru selalu stand by di tempat. Berbeda dengan di perguruan tinggi/sekolah umum dimana guru pulang pergi sehingga untuk keakraban bahkan untuk mencontoh sikap dosen/guru tidak bias aktif.
2.    Takdzim : adalah pemberian pendidikan langsungyang mengarah kepada akhlak dan mental. Hal ini di tunjukan oleh linkuangan pesantren yang sangat bagus karena peraturan dan system yang selalu dipatuhi setiap waktu dan meresap langsung kepada sikap dan mental para santri.
3.    Tarbiyah : adalah pemberian pendidikan langsungdari seorang kyai baik pendidikan kepemimpinan, pendidikan kepribadian, pendidikan norma serta pendidikan silaturahim yang tak kenal aturan berokrat antara sntri dengan kyai, sewaktu-waktu bias bertemu, berkomunikasi tentang pelajaran, dan lain-lain.
4.    Tawassuth : yang di maksud bahwa seorang santri ketika hidup di lingkungan pesantren adalah dalam kesederhanaan baik dari aspek makan-minum, berpakaian, dan berbuat hal ini kesederhanaan hidup sangat muncul dominan dikalangan santri.
Dalam kehidupan modern, menurut sosiologi humanstik, Peter L. Beger (1991) agama berfungsi sebagai Konopi Suci (The Sacred Canopy) dari Chaos. Agama ibarat langit yang suci yang teduh dan melindungi kehidupan. Agama sebagai penyiram panasnya kehidupan, yang dapat menumbuh suburkan tanaman. Dengan agama, manusia menjadi memiliki rasa damai, tempat bergatung, bahagia, dan memiliki ketentraman hidup. Agama dapat melindungi manusia dari chaos, ketidak berartian hidup, dari situasi hidup tanpa arti. Sedangkan Chaos, tumbuh subur karena kehidupan modern yang terlampau rasional dan sekuler.
Maka pesantren kilat merupakan cara yang tepat dan tidak membosankanbagi remaja kita untuk diisi dengan komponen-komponen agama secara utuh untuk dijadikan sebagai benteng dalam perjalanan hidupmereka yang sangat menghawatirkan apa lagi kalau kita lihat dari aspek syariah bahwa kegiatan pesatren kilat merupakan system belajar agama (syariah) yang tetap yang dinilai sebagai kewajiban orang tua untuk menuntun putra-putri mereka menuju waladan sholihan yang ini termasuk amanah yang di tuangkan dalam syariat islam. Maka sebagai penulis kami telah membentuk kegiatan-kegiatan seperti pesantren kilat tersebut tetap ada manfaat dan pengaruhnya dan selalu ditanya apa di bulan ramadhan pada liburan ini ada pesantren kilat? Kami menjawab; ada, ini memang cukup menyenangkan kami semoga. Amin.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul PESANTREN SEBAGAI MEDIA TRANSFORMASI SOSIAL. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://mediapendidikanlentera.blogspot.com/2014/11/pesantren-sebagai-media-transformasi.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: lentera pena - Thursday, November 6, 2014

Belum ada komentar untuk "PESANTREN SEBAGAI MEDIA TRANSFORMASI SOSIAL"

Translate

Blog Archive