media pendidikan LENTERA

Menebar Spirit, Edukasi & Inspirasi

BATIK TRUSMI Menembus Selera Konsumen Internasional



Nama Kampung Trusmi kini kian bersemi. Di sinilah pusat industri batik dan wisata kuliner Cirebon terpelihara. Tidak hanya wisatawan lokal yang datang ke kampung ini. Pelancong dari Jepang, Amerika, dan Australia pun tak sungkan masuk ke gang-gang Kompleks Trusmi.
Kampung Trusmi di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, memang sedang naik daun karena produksi batiknya menembus selera konsumen dari kelas lokal hingga internasional. Di sana ada sekitar 3.000 perajin batik.
Kini, hampir setiap rumah mempunyai ruang pamer batik buatannya. Mau cari batik dengan harga Rp 25.000 hingga Rp 16 juta pun tersedia. Tergantung isi kantong dan selera. Rumah pamer tersebut mirip toko atau butik.
Rumitnya motif, kualitas bahan, dan lamanya pengerjaan, menjadi pertimbangan dalam menentukan harga. Terkadang untuk memproduksi batik tulis halus motif mega mendung dengan tujuh tingkatan warna dibutuhkan waktu dua atau tiga bulan.
Rumah pamer tersebut ada yang memang memiliki perajin sendiri tapi juga ada yang memesannya pada perajin batik. Para perajin batik itu biasanya sudah turun temurun.
Motif-motif Batik Cirebon
Batik trusmi memiliki ciri khas yang membedakan dengan batik lainnya. Ragam motif batik trusmi tidak terlepas dari sejarah pembuatannya. Misalnya percampuran kepercayaan, seni dan budaya yang dibawa etnis dan bangsa pada masa lampau. Seperti diketahui, pada abad ke-20, Cirebon merupakan pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang dari China maupun Timur Tengah.
Motif batik trusmi yang merupakan proses percampuran antara  budaya, kepercayaan, dan etnik adalah motif paksinaga liman dan motif singa barong, yang merupakan dua kereta Kerajaan Cirebon: Kesepuhan dan Kanoman. Replika bentuk binatang khayal berupa singa barong dan peksi nagaliman merupakan wujud perpaduan budaya China, Arab, dan Hindu.
Dua corak batik trusmi menjadi ikon batik nasional, yaitu motif keratonan dan motif pesisiran. Motif keratonan biasanya menggunakan bentuk yang diambil dari lingkungan keraton, seperti Taman Arum Sunyaragi, Kereta Singa Barong, Naga Seba, ayam alas, dan wadas. Warna yang digunakan pada batik ini cenderung gelap, seperti cokelat dan hitam.
Motif keraton terbagi dalam dua jenis. Pertama, yang biasa dipergunakan punggawa atau abdi dalem. Jenis motif batik untuk punggawa kuat dan besar. Kedua, yang biasa dipergunakan kalangan ningrat. Ragam hiasnya halus dan kecil. Warna-warna batik keraton asli Cirebon umumnya sogan, hitam, biru tua, dan kuning.
Adapun motif pesisiran biasanya memiliki ciri gambar lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter. Misalnya gambar aktivitas masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat, seperti dedaunan, pohon, dan binatang laut. Warna pada motif pesisiran cenderung terang, seperti merah muda, biru laut, dan hijau pupus.
Penciptaan terhadap motif batik trusmi memiliki latar historis yang kuat. Motif yang dibuat adalah simbol dari apa yang dikehendaki atau menceritakan latar sosial tertentu. Misalnya jenis motif pusar bumi, yang menggambarkan sebuah lubang di puncak Gunung Jati, tempat pemuka agama Islam bermusyawarah, atau batik ayam alas gunung yang menjadi perlambang penyiaran dan penyebaran agama Islam dari bukit Gunung Jati.
Batik taman arum sunyaragi melambangkan sebuah taman yang harum, tempat para raja bersemadi untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta. Kebudayaan China yang mengilhami motif batik trusmi disebut dengan batik piring dan piring selampad. Ini berasal dari susunan piring porselen China yang dipakai sebagai hiasan dinding Astana Gunung Jati dan keraton.
Sedangkan motif bergaya China ini merupakan pengaruh akumulasi selera juragan-juragan batik keturunan China waktu itu. Batik produk juragan China ini umumnya berwarna merah, biru, hijau, dan putih. Itu menjadi warna khas batik pesisir.
Besarnya pengaruh budaya dan kepercayaan pada motif batik, di antaranya ada yang terasa begitu kental dengan kepercayaan berbau mistik. Sebut saja nama batik kapal keruk, yang menurut kepercayaan, sangat baik dipakai mereka yang ingin menambah dan menggali ilmu.
Lain halnya dengan batik kapal kandas, yang konon sebaiknya dipakai oleh orang yang sudah matang dan dewasa dalam segalanya dan tangguh menghadapi liku-liku kehidupan dalam menggapai maksud tujuan. **
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul BATIK TRUSMI Menembus Selera Konsumen Internasional. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://mediapendidikanlentera.blogspot.com/2014/11/batik-trusmi-menembus-selera-konsumen.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: lentera pena - Tuesday, November 4, 2014

Belum ada komentar untuk "BATIK TRUSMI Menembus Selera Konsumen Internasional"

Translate

Blog Archive