Mendidik Anak Tanpa Emosi
Ayah Bunda…
Selaras dengan tumbuh kembangnya, pada anak balita biasanya akan mulai terjadi perubahan-perubahan perilaku. Di antaranya adalah muncul sikap penolakan anak terhadap lingkungan sosialnya. Saat keakuan anak-anak ini mulai muncul, mereka mulai ingin membedakan dirinya dengan orang lain. Pada saat itu pula, si kecil mulai mencoba keinginannya sendiri. Perubahan-perubahan ini yang lantas dipersepsi oleh para orang tua bahwa anak menjadi mulai sulit diatur, bandel, maunya sendiri dan sebagainya, yang tidak jarang kemudian sering menimbulkan kerepotan dalam memperlakukan mereka. Kondisi demikian ini, Insya Allah akan mereda seiring dengan bertambahnya usia, berkembangnya kemampuan berpikir dan kemampuan lainnya.
Terkadang emosi kita memang akan ikut terpancing saat menghadapi anak yang “bandel”, suka bertingkah terutama kalau sedang ada tamu. Menahan emosi (kemarahan) memang tidak mudah. Tapi sebagaimana tabiatnya, bahwa emosi adalah bagian dari naluri, maka saat keinginan untuk marah itu muncul tidak harus dipenuhi. Tapi bisa dialihkan atau ditunda (ditahan). Anda harus bisa menakar dan memahami kadar emosi Anda sendiri, pada saat kapan dan situasi seperti apa biasanya muncul. Sehingga Anda akan lebih mudah untuk mengontrol atau mengendalikannya. Luapan kemarahan hanyak akan berdampak buruk pada perkembangan perilaku anak. Bukankah anak balita banyak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar? Rasulullah juga telahmengajarkan bagaimana semestinya memperlakukan anak-anak. Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menciumi Hasan bin Ali dan di dekatnya ada Al-Arqa’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka”. Rasulullah segera memandang kepadanya dan berkata: “Barang siapa tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi”. (HR. Bukhari)
Ayah Bunda…
Mengasuh dan mendidik anak memang tugas utama ibu, tapi diperlukan juga kerja sama untuk meringankan tugasnya. Sekali waktu ayah membantu atau mengambil alih pekerjaan rumah dan anak-anak dengan mengajak orang-orang terdekat yang bisa diminta bantuannya. Jika mempunyai anak yang relatif lebih besar, dapat ditanamkan pengertian pada mereka untuk ikut membantu mengelola tugas rumah tangga sehari-hari. Ajarkan prinsip kerja sama dan tanggung jawab sejak dini pada anak, agar ia terbiasa bersikap mandiri, berinisiatif dan dapat diandalkan.
Kelelahan yang sangat juga terkadang bisa menimbulkan stres, sehingga Anda gampang sekali marah. Anak-anak pun tak luput menjadi sasaran kemarahan Anda. Lakukan pemilihan aktivitas dengan cermat. Apalagi Anda saat ini sedang hamil. Kelelahan, ketidakstabilan emosi akan berefek buruk pada bayi dalam kandungan.
Tingkatkan kesabaran Ayah Bunda dalam menghadapi anak-anak. Jika tidak dengan kesabaran, bagaimana mungkin akan sanggup menghadapi setiap masalah anak-anak dengan baik dari sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Sabar disertai dengan niatan ikhlas hanya semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT akan menjadi energi yang luar biasa. Maka, seberat apapun beban dan ujian yang diberikan lewat anak-anak, Insya Allah akan dapat dihadapi dengan ringan. Selain sabar, bertawakallah pada Allah SWT. Tak ada masalah yang tidak ada penyeselesaian. Begitu pula dengan persoalan anak-anak. Dan jangan lupa, berdoalah selalu minta bantuan Allah SWT dalam menyelesaikan masalah anak-anak. Kadang kita sudah berusaha optimal untuk memperlakukan dan memberikan yang terbaik. Tetapi sejatinya hanya Allah jualah yang membukakan mata, hati dan pikiran anak-anak kita untuk mau mengerti seperti yang kita inginkan.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul ISLAMIC PARENTING. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://mediapendidikanlentera.blogspot.com/2016/10/islamic-parenting.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
lentera pena -
Thursday, October 13, 2016
Belum ada komentar untuk "ISLAMIC PARENTING"