Menjadi Guru Idaman
Oleh: Asnita S.Si
GURU, begitulah sebutan mulia yang sudah umum disandangkan bagi mereka yang mengajarkan ilmu dan pengetahuan kepada muridnya. Guru membantu membuka cakrawala berfikir bagi muridnya, menanamkan nilai-nilai tertentu dalam kehidupan dan dapat mempengaruhi proses dan pola pikir bagi yang diajarkannya. Sedemikian besar peran guru dalam proses kehidupan. sudah selayaknya perhatian yang serius kita curahkan terhadap keberadaan guru di tengah-tengah kehidupan kita.
Dewasa ini di tengah-tengah masyarakat sedang berlangsung berbagai krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan. Kemiskinan, kebodohan, kezhaliman, penindasan, ketidakadilan di berbagai bidang, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal dan berbagai bentuk penyakit sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Sementara itu sistem pendidikan yang materialis terbukti telah gagal melahirkan manusia shaleh yang sekaligus menguasai iptek.
Secara formal kelembagaan, sekulerisasi (pemisahan agama dari sistem kehidupan) telah dimulai sejak adanya dua kurikulum pendidikan keluaran dua departemen yang berbeda, yaitu Depag dan Depdikbud. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) adalah suatu hal yang berada di wilayah bebas nilai, sehingga sama sekali tak tersentuh oleh standar nilai agama. Kalaupun ada hanyalah etik (ethic) yang tidak berdasar pada nilai agama.
Sementara, pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Pendidikan yang materialistik memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non materi. Ada anggapan hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam oleh orang tua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi.
Tulisan ini dipersembahkan bagi guru-guru/praktisi pendidikan, khususnya dan pemerhati masalah pendidikan pada umumnya serta pembuat kebijakan di tingkat atas.
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah bahwasanya Pendidikan harus diarahkan bagi terbentuknya kepribadian Islam anak didik dan membina mereka agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta tsaqafah Islam. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut imu dan membekalinya dengan pengetahuan. Dalam QS Az Zumar 39:9 yang artinya : Katakanlah (hai Muhammad), apakah sama orang-orang yang berbengetahuan dan orang-orang yang tidak berpengetahuan?
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan ketidaksamaan kedudukan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang bodoh, masing –masing memiliki martabat dan kedudukan di mata masyarakat dan di sisis Allah SWT. Allah berfirman dalam QS Al Mujadalah/58:11 yang artinya : Allah mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di anta kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.
Dari sudut pandang sistemik, seorang guru adalah sebuah prototype teladan yang hidup. Maknanya, seorang guru di samping mengajarkan ilmu, juga perlu memberikan teladan kepada peserta didik. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, peran guru sangat penting dan hendaknya mampu berfungsi sebagaimana orang tua yang mampu memahami, mengayomi dan memberikan perasaan aman kepeda peserta didik. Diharapkan seorang guru, apapun mataajaran yang menjadi tanggung jawabnya, merupakan sosok yang mampu memberikan teladan perilaku Islami sekaligus memiliki visi yang jelas dalam perannya mengembangkan pribadi siswa.
Berdasarkan hal ini maka seorang guru perlu memenuhi kualifikasi berikut:
Amanah, yaitu bertanggung jawab dalam keberhasilan proses pendidikan. Ia betul-betul memiliki komitmen yang tinggi untuk membentuk kepribadian Islam pada diri peserta didik. Bila tidak, pendidikan yang diharapkan hanya akan menjadi impian. Sebagai contoh bahwa guru yang baik adalah guru yang tidak membiarkan para siswa mencontek, sehingga timbul rasa kejujuran pada diri siswa, giat belajar dansebagainya
Kafa’ah atau memiliki skill (keahlian) di bidangnya. Pengajar yang tidak menguasai bidang yang diajarkannya baik dalam aspek iptek dan keahlian maupun tsaqafah Islam tidak akan mampu memberikan hasil optimal pada para peserta didik. Dengan demikian, penguasaan materi yang akan diajarkan penting dipahami oleh pengajar yang bersangkutan. Dalam keseharian, seorang guru didorong mengembangkan wawasan, baik terkait dengan dunia pendidikan secara umum maupun bidang ilmu yang menjadi spesialisasinya. Di samping itu, guru dituntut pula untuk memahami dengan seksama aspek paradigma pendidikan yang menjadi landasan visi, misi, dan tujuan pendidikan sesuai jenjangnya.
Himmah atau memiliki etos kerja yang baik. Disiplin, bertanggung jawab, kreatif, inovatif, dan taat kepada akad kerja dan tugas merupakan salah satu karakter orang yang beretos kerja tinggi. Dalam hal ini bahwa seorang guru harus bertanggung jawab penuh mulai dari kehadirannya di sekolah yang tidak terlambat, memulai dan mengakhiri sesi belajar mengajar dengan tepat dan pekai terhadap semua permasalahan siswa dan sebagainya.
Berkepribadian Islam. Seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa-siswinya agar tidak hanya sekedar menjalankan fungsi mengajar melainkan juga fugsi mendidik. Artinya, upaya menanamkan kepribadian Islam kepada peserta didk harus dimulai dengan tersedianya guru yang berkepribadian Islam yang kuat.
Seorang guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang diberlakukan dalam mengatur proses pendidikan itu sendiri. Bila sistem pendidikan yang digunakan tepat(Sistem pendidikan Islam yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dengan agama) serta ditunjang dengan guru yang memiliki kualifikasi di atas maka diharapkan dari pendidikan di negeri ini akan menghasilkan pribadi – pribadi istimewa yang berilmu (intelek) dan ahli ibadah. Akan lahir pula di tengah umat para pemimpin yang cakap, terutama dalam bidang politik, ekonomi, mekanika, teknologi dan sebagainya yang nantinya diharapkan mampu untuk menghilangkan krisis multidimensi yang sedang melanda negeri ini.(asnita2010[at]gmail.com)
Tips dan Trik Menjadi Guru Teladan
dakwatuna.com - Ada beberapa tips dan trik untuk menjadi guru yang teladan
terutama untuk guru pemula diantaranya :
1. Persiapkan mental
Mental sangat diperlukan ketika kita hendak mulai mengajar karena apapun yang sudah kita persiapkan akan hancur ketika dalam penyampaiannya gugup. Tanamkanlah dalam hati rasa percaya diri yang tinggi ketika berada dalam kelas.
Mental sangat diperlukan ketika kita hendak mulai mengajar karena apapun yang sudah kita persiapkan akan hancur ketika dalam penyampaiannya gugup. Tanamkanlah dalam hati rasa percaya diri yang tinggi ketika berada dalam kelas.
2. Penuhi harapan anak didik/siswa
Siswa akan berharap banyak kepada guru, karena bagi mereka guru itu sumber ilmu. Apapun yang mereka belum ketahui pasti ditanyakan kepada guru.
Siswa akan berharap banyak kepada guru, karena bagi mereka guru itu sumber ilmu. Apapun yang mereka belum ketahui pasti ditanyakan kepada guru.
3. Jadilah orang tua
Menjadi orang tua kedua bagi siswa adalah salah satu tugas seorang guru serta harus siap menghadapi kemanjaan dan kenakalan mereka, seperti menghadapi anak kandung sendiri.
Menjadi orang tua kedua bagi siswa adalah salah satu tugas seorang guru serta harus siap menghadapi kemanjaan dan kenakalan mereka, seperti menghadapi anak kandung sendiri.
4. Buatlah peraturan dalam kelas
Peraturan dibuat sebagai batasan atau rambu-rambu yang harus dipatuhi semua siswa. Sebaiknya peraturan dibuat berdasarkan musyawarah bersama antara guru dan siswa, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Peraturan dibuat sebagai batasan atau rambu-rambu yang harus dipatuhi semua siswa. Sebaiknya peraturan dibuat berdasarkan musyawarah bersama antara guru dan siswa, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
5. Buatlah sanksi indisipliner
Sanksi yang diberlakukan bagi pelanggar peraturan pun harus telah didiskusikan dan disepakati sebelumnya antara guru dan anak didik. Jadi ketika mereka melakukan indisipliner sudah tahu sanksi yang akan mereka terima.
Sanksi yang diberlakukan bagi pelanggar peraturan pun harus telah didiskusikan dan disepakati sebelumnya antara guru dan anak didik. Jadi ketika mereka melakukan indisipliner sudah tahu sanksi yang akan mereka terima.
6. Hindari sikap tegang, selingi
humor
Humor merupakan cara paling efektif bagi seorang guru untuk mencairkan suasana yang tegang ketika proses belajar mengajar berlangsung. Humor mampu menetralisir situasi.
Humor merupakan cara paling efektif bagi seorang guru untuk mencairkan suasana yang tegang ketika proses belajar mengajar berlangsung. Humor mampu menetralisir situasi.
7. Berkomunikasilah dengan semua
Berkomunikasi dengan anak didik itu sangat penting karena dari sinilah seorang guru dapat mengetahui karakter mereka. Dengan orang tua siswa juga perlu adanya komunikasi dua arah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga harus mampu berkomunikasi dengan guru lainnya dan semua pihak sekolah.
Berkomunikasi dengan anak didik itu sangat penting karena dari sinilah seorang guru dapat mengetahui karakter mereka. Dengan orang tua siswa juga perlu adanya komunikasi dua arah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Guru juga harus mampu berkomunikasi dengan guru lainnya dan semua pihak sekolah.
8. Guru adalah pekerjaan mulia
Tanamkan rasa ikhlas dalam menyampaikan ilmu kepada anak didik serta yakinkan dalam diri bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah mulia. Karena dari tangan gurulah generasi penerus bangsa akan tercipta. Baik buruknya mereka kita lah yang tentukan sebagai seorang guru.
Tanamkan rasa ikhlas dalam menyampaikan ilmu kepada anak didik serta yakinkan dalam diri bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah mulia. Karena dari tangan gurulah generasi penerus bangsa akan tercipta. Baik buruknya mereka kita lah yang tentukan sebagai seorang guru.
Menjadi guru adalah sebuah
kemuliaan, karena surat yang pertama kali turun dalam Al-Quran memerintahkan
kepada umat manusia agar dapat membaca. Dan seorang siswa tidak akan mampu
membaca tanpa ada yang mengajarkannya (dibaca : guru). Dan di sinilah peran
guru sangat diperlukan untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas,
baik cerdas secara kognitif maupun secara afektifnya.**(dakwatuna)
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Guru Teladan. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://mediapendidikanlentera.blogspot.com/2015/01/guru-teladan.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
lentera pena - Thursday, January 1, 2015
Belum ada komentar untuk "Guru Teladan"