Persoalan
hidup yang mendera perjalanan hidup manusia terkadang menjerumuskan orang
melakukan hal-hal yang terlarang. Persoalan demi persoalan adakalanya kian hari
bukan semakin berkurang, malah sebaliknya justru semakin meningkat dan kian
berat. Namun demikian, bagi orang-orang yang beriman bagaimanapun juga beratnya
ujian hidup yang dihadapi bakal menjadi lahan subur penanaman amal shalih.
Mereka tidak menjadikan problematika dan dinamika kehidupannya sebagai bahan
gundah gulana dan berputus asa, akan tetapi semakin diuji oleh Allah maka
semakin bersinar keimanan dan ketakwaannya. Ketika musibah terjadi kendati berlinang airmata tetapi
sikap dan tindakannya tidak mengundang murka Allah.
Menangis karena suatu kondisi
yang menyedihkan bukan perkara yang dilarang. Namun bila tangisan itu kemudian
menimbulkan sikap dan perilaku di luar batas, maka kategorinya menjadi hal yang
diharamkan karena termasuk niyahah (ratapan).
Penyakit Hati
Kendala orang untuk
memperoleh ketenangan hati tidak terlepas dari dua penyakit hati yang paling
dominan, yaitu syahwat dan syubhat. Allah berfirman: "Dan apakah
orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya
cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita
yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya." (Q.S. Al-An'am,
ayat 122)
Maksudnya, ia mati karena
kekufuran, lalu dihidupkan kembali dengan keimanan. Hati yang hidup dan sehat,
apabila ditawari kebatilan dan hal-hal yang buruk, dengan tabi'at dasarnya ia
pasti menghindar, membenci dan tidak akan menolehnya. Lain halnya dengan hati
yang mati. Ia tak dapat membedakan yang baik dan yang buruk.
Penyakit disini
adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat.
Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya
sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat
sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Seringkali
penyakit hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia
tak sempat bahkan enggan mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab
(munculnya) penyakit tersebut. Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya
belum juga sadar kalau sudah mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa
sakit akibat luka-luka dari berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa
disusahkan dengan ketidakmengertian dirinya terhadap kebenaran, dan
keyakinan-keyakinannya yang batil.
Menyembuhkan Penyakit Dengan
Makanan Bergizi dan Obat
Gejala
penyakit hati adalah, ketika ia menghindari makanan-makanan yang bermanfaat
bagi hatinya, lalu menggantinya dengan makanan-makanan yang tak sehat bagi
hatinya. Berpaling dari obat yang berguna, menggantinya dengan obat yang
berbahaya. Sedangkan makanan yang paling berguna bagi hatinya adalah makanan
iman. Obat yang paling manjur adalah Al-Qur'an masing-masing memiliki gizi dan
obat. Barangsiapa yang mencari kesembuhan (penyakit hati) selain dari Al-kitab
dan As-sunnah, maka ia adalah orang yang paling bodoh dan sesat. Allah berfirman:
"Katakanlah, ‘Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka
itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat jauh.’" (Q.S.
Fushshilat, ayat 44)
Al-Qur'an
adalah obat sempurna untuk segala penyakit tubuh dan hati, segala penyakit
dunia dan akhirat. Namun tak sembarangan orang mahir menggunakan Al-Qur'an
sebagai obat. Kalau si sakit mahir menggunakannya sebagai obat, ia letakkan
pada bagian yang sakit, dengan penuh pembenaran, keimanan dan penerimaan,
disertai dengan keyakinan yang kuat dan memenuhi syarat-syaratnya. Tidak akan
ada penyakit yang membandel. Bagaimana mungkin penyakit itu akan menentang
firman Rabb langit dan bumi; yang apabila turun di atas gunung, gunung itu akan
hancur, dan bila turun di bumi, bumi itu akan terbelah? Segala penyakit jasmani
dan rohani, pasti terdapat dalam Al-Qur'an cara memperoleh obatnya, sebab-sebab
timbulnya dan cara penanggulangannya. Tentu bagi orang yang diberi kemampuan
mamahami kitab-Nya. Wallahu
a’lam! **(Aeni Rahma, disarikan dari tausiyah Ust. Syarif Hidayat, M.Pd)
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Mengobati Penyakit Hati. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://mediapendidikanlentera.blogspot.com/2014/11/mengobati-penyakit-hati.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
lentera pena - Friday, November 14, 2014
Belum ada komentar untuk "Mengobati Penyakit Hati"