Pada KIA penjamunya adalah ibu, bayi, dan anak balita. Maka kondisi ibu, termasuk ibu hamil, bayi dan balita harus sehat jasmani rohani dan sosialnya. Hal itu bisa dicapai dengan pemenuhan gizi, dan berbagai perilaku sehat lainnya seperti olahraga, perilaku hidup bersih dan sehat, dan lain-lain. Lingkungan hidup akan sangat berkaitan dengan lingkungan dalam rumah tangga secara fisik, biotik, sosial dan psikologis dari ibu, ayah, anak, tetangga, dan lainnya.
A. Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita
Angka kematian Ibu Indonesia 50/hari. Meski telah mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, namun hingga saat ini Angka Kematian Ibu (Maternal mortality Rate) di Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara yakni 307/100.000 kelahiran hidup yang berarti 50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan, itu menurut data tahun 2003. Namun pada tahun 2005 angka tersebut mengalami penurunan menjadi 290,8/100.000 kelahiran hidup. Tapi kondisi itu tetap tidak merubah status indonesia sebagai negara dengan Angka kematian Ibu tertinggi di Asia Tenggara.
Menteri kesehatan mengatakan guna menurunkan angka kematian ibu menjadi 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 Departemen Kesehatan telah menyiapkan 4 strategi pokok yakni penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Mendekatkan akses keluarga miskin dan rentan terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, serta meningkatkan surve dan pembiayaan di bidang kesehatan.
Terkait dengan pendanaan pemerintah mengalokasikan dana Rp 80 milyar untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. USAID atau United States Agencynfor International Development memberikan bantuan untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia berupa bantuan dana dan pendampingan teknis dalam program kesehatan ibu, bayi dan anak melalui Health Services Program (HSP).
Selain yang tersebut di atas, the voice the Amerika memberitakan tentang Negara - negara miskin di dunia sebagai berikut : Laporan terkini dari LSM save the children menggambarkan gabungan potret usaha global untuk melindungi nyawa ibu dan anak balita (bawah 5 tahun), walaupun beberapa negara di Afrika telah membuat banyak kemajuan dalam tahun - tahun terakhir, namun ternyata beberapa Negara Afrika lainnya berada hampir pada tingkat terbawah di antara 140 negara yang disurvey. Dari Washington, AS wartawan VOA William Eagle melaporkan, di bagian bawah indeks adalah Negara sub sahara yang tertinggi di dunia dalam angka kematian ibu dan bayi – Etiopia, Eritrea, Angola, guinea - bissau, chad, sierra leone, Yaman dan Djibouti. Nigeria adalah yang terakhir.
Untuk beberapa Negara, seperti Nigeria, Angola dan republic Demokratik kongo, angka yang tinggi juga mencerminkan jumlah penduduk mereka yang tinggi. Mereka bergabung degan 10 negara besar lain, termasuk china dan India, yang bila digabungkan mempunyai lebih dari separuh kematian ibu dan anak.
Perang juga bertanggung jawab terhadap angka kematian yang tinggi di negara lain, termasuk Sierra Leonne, Pantai Gading dan Liberia.
80 % kematian anak balita di Afrika disebabkan oleh malaria, diare, pneumonia dan kelainan sejak lahir. Di sebagian besar Negara di Afrika termasuk Botswana, Zimbabwe dan Swaziland, ternyata AIDS juga menjadi pembunuh utama pada anak balita dan inilah yang menjadi alasan utama mengapa Negara-negara ini belum mampu menurunkan angka kematian anak.
Di antara Negara-negara yang tingkat kematian ibu dan bayinya ditemukan lebih buruk dibandingkan 15 tahun yang lalu adalah Botswana, Zimbabawe, dan Swaziland. Untuk Negara-negara ini, penyakit adalah faktor yang bermakna terhadap buruknya tingkat hidup mereka.
Mieke Kiernan, direktur komunikasi save the children di Washington, AS berbicara tentang Zimbabwe. “Angka kematian telah meningkat sebanyak 65 persen sejak 1990,” dia mengatakan” sebagian besar terkena HIV/AIDS. Kita mempunyai 1 di antara delapan anak yang meninggal sebelum mereka mencapai ulang tahunnya yang ke 5 dizimbabwe, lebih dari 40 persen dari kematian ini diakibatkan oleh AIDS. Zimbabwe, Afrika selatan, Botswana dan Swaziland adalah Negara di mana kita melihat HIV/ADIS melwebihi kemampuan prasarana untuk mendukung anak balita. Hal semacam ini sudah biasa di seluruh Afrika.
Kinerja ekonomi tidak selalu menunjukan layanan kesehatan terganggu oleh pandemi AIDS yang menyebar di banyak tempat di Afrika bagian selatan.
Demikian halnya, angka kematian ibu dan bayi tetap tinggi di negara penghasil minyak, termasuk Nigeria, Angola, dan guinea ekuatorial. Tetapi Kiernan mengatakan bahwa keinginan politis akan berdampak besar terhadap Negara termiskin, termasuk Malawi. Dia mengatakan Malawi adalah cerita keberhasilan yang luar biasa dari Negara yang terbatas sumber daya nya, yaitu sebuah Negara yang sudah berfokus untuk ikut berperan did alamnya.
Pendapatan perkapita (GNP) di Malawi kira-kira 650 dolar AS perorang, namun mereka telah melihat 43 persen penurunan angka kematian anak balita dalam 15 tahun terakhir ini.
Melawi telah mengambil beberapa langkah untuk menjadikan kesehatan ibu dan bayi sebagai prioritas utama mulai dari presiden sehingga jajaran dibawah. Mereka melakukan hal yang paling mendasar yang dapat ditiru oleh banyak Negara.
Di antara langkah yang mendasar ini adalah membagikan kelambu untuk melindungi ibu dan anak yang terinfeksi malaria, menyediakan perawatan kesehatan untuk ibu sebelum melahirkan dan memastikan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses pada suplemen gizi seperti vitamin A yang membantu menjaga melawan kekurangan gizi dan zink atau ZN serta oralit untuk menghentikan diare. Mereka juga dapat memastikan agar anak diimunisasi terhadap cacar dan penyakit - penyakit anak lainnya.
Indikator Kesehatan Ibu Hamil dan Hasil Konsepsi Indicator paling penting bagi kesehatan ibu hamil adalah angka kematian ibu (AKI/ maternal mortality rate/ MMR). Indicator paling penting terhadap hasil konsepsi pada masa kehamilan adalah angka kematian perinatal. Kematian ibu hamil atau kematian maternal adalah terjadinya kematian pada ibu karena kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu hamil di suatu daerah tertentu selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan mengenai kegunaan mengetahui informasi mengenai tingginya MMR/AKI adalah :
a. Untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas resiko tinggi.
b. Untuk menyiapkan program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, dalam koridor KB atau keluarga berencana yang berpedoman untuk mencapai norma keluarga kecil bahagia sejahtera.
c. Untuk penyiapan system rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan.
d. Untuk melaksanakan persiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Kematian perinatal adalah terjadinya kematian saat dilahirkan atau disebut juga lahir mati serta kematian bayi selama minggu pertama kehidupan. Angka kematian perinatal adalah jumlah lahir mati dan bayi mati dalam minggu pertama dalam 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil SDKI (survey demografi kesehatan Indonesia) 2002-2003 angka kematian ibu adalah 307/100.000 kelahiran hidup. Dalam SDKI tahun 1994 disebutkan bahwa angka kematian ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian perinatal adalah 40 per 1000 kelahiran hidup. Sementara ada variasi yang terendah di Indonesia, yakni di Yogyakarta (130 per 100.000 kelahiran hidup) sedangkan tertinggi di Nusa Tenggara Barat (1340 per 100.000 kelahiran hidup).
Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) yang masih tinggi itu telah lama mengundang perhatian pemerintah. Menurut hasil berbagai survey, AKI di Indonesia saat ini berkisar antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Pemerintah sejak kemerdekaan melakukan berbagai kebijakan meliputi perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayi baru lahir, seperti pelatihan dukun bayi, pengembangan klinik kesehatan ibu dan anak, pembangunan rumah sakit, pengembangan puskesmas, pengembangan pondok bersalin desa, dan pos pelayanan kesehatan terpadu atau posyandu, pendidikan dan penempatan bidan di desa, dan penggerakan masyarakat untuk menyelamatkan ibu hamil dan bersalin, namun demikian hasil dari berbagai upaya tersebut di atas belum menggembirakan.
AKI yang masih tinggi dengan penurunan lambat merupakan fenomena di banyak negara berkembang. Situasi yang memperihatinkan ini mendorong kelahiran IMMPACT yang merupakan akronim dari initiative for mortality programme assessment. IMMPACT merupakan suatu inisiatif riset global dengan tujuan menemukan strategi penurunan kematian ibu yang cocok dalam arti efektif dan kos-efektif berdasarkan bukti dengan konteks social budaya di banyak negara berkembang, dan menilai kelayakan strategi dalam mendorong pemerataan dan kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Sejauh ini program IMMPACT telah dilakukan di tiga negara, yaitu : Ghana dan Burkina Faso di Afrika, dan Indonesia.
Di Indonesia program IMMPACT dilakukan di dua kabupaten yaitu di Provinsi Banten, yaitu di Kabupaten Serang dan Kabupaten Padeglang. Penetapan kedua lokasi ini dilakukan setelah dilakukan studi banding di 8 lokasi potensial meliputi Kabupaten Tanggerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Pemalang. Pemilihan lokasi dilakukan atas pertimbangan, antara lain : variasi aspek yang terkait dengan kesehatan ibu (geografis, pelayanan kesehatan, dan sosio demografi), keberadaan program penyelamatan ibu dengan strategi making pregnancy safer (MPS) dan program terkait lain, angka kematian dan keehatan yang belum optimal, kepemimpinan dan komitmen kabupaten, akses dengan institusi penelitian, dan ketersediaan data.
Strategi program IMMPACT dimulai dengan pengembangan instrument sebagai alat evaluasi strategi upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir, mengidentifikasi upaya yang layak evaluasi, penelitian evaluasi dan pada akhirnya penemuan strategi yang efektif dan kos-efektif dengan konteks social budaya Indonesia. Program IMMPACT direncanakan akan berjalan selama 7 tahun. Sejak pencanangan bulan mei 2003, IMMPACT telah merancang dan menguji-cobakan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan untuk evaluasi strategi upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir di fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) dan di masyarakat.
B. Faktor Resiko Terjadinya Masalah Kesehatan
Faktor-faktor resiko untuk ibu hamil diklasifikasi:
1. Faktor-faktor reproduksi
a. Usia
b. Paritas
c. Kehamilan yang tak diinginkan
2. Faktor-faktor akibat komplikasi kehamilan
a. Perdarahan pada abortus spontan
b. Kehamilan ektopik
c. Perdarahan pada trimester 3 kehamilan
d. Perdarahan postpartum
e. Infeksi pada saat nifas
f. Gestosis
g. Distosia
h. Abortus propokatus
3. Faktor-faktor pelayanan kesehatan
a. Kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan maternal
b. Asuhan medis yang kurang baik
c. Kekurangan tenaga terlatih dan obat - obatan esensial
4. Faktor-faktor sosial budaya
a. Kemisikinan sehinnga tidak mampu membayar pelayanan yang baik
b. Ketidaktahuan
c. Kesuliatan transportasi
d. Status wanita yang rendah dan merasa rendah diri
e. Pantang makan tertentu saat hamil.
Faktor-faktor resiko untuk balita adalah :
1. Peranan nutrisi yang kurang sehat karena :
a. Kemisikinan
b. Ketidak tahuan
2. Perilaku tidak sehat misalnya :
a. Tempat dan bahan permainan yang kotor dan berbahaya contoh:
1) Mandi di sungai yang kotor
2) Bermain diatas tanah tanpa alas kaki serta bermain tanah kotor atau bermain ditempat yang kotor
3) bahan permainan yang tajam atau berbahaya, miisalnya permainan kendaraan, kapal mainan, dan lain-lain secara tradisional dengan bahan yang tajam
4) bermain tanpa memperhatikan waktu dan kondisi udara yang panas terik.
5) membeli makanan dan kue dijalanan yang tidak higinis dan mengandung bahan berbahaya dan beracun, (B-3)seperti dawet dan air mentah, minuman dengan pewarna yang mengandung bahan berbahaya dan lain-lain.
b. Membersihkan gigi tidak memperdulikan waktu dan cara bersikat gigi yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A., 1999. Epidemiologi, Edisi Revisi, P.T. Binarupa Aksara, Jakarta.
Budi, E., dan Anggraeni, D., Epidemiologi, edisi 2, EGC, Jakarta.
Bustan, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta Bustan.
Entjang, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
Gordis L, Epidemiology, USA, Penerbit Elsevier.
Greenberg RS et al, 2001. Medical Epidemiology, New York, McGraw Hill.
Leon, G., 2000. Epidemiology, 2nd ed, Sounders Company, Philadelphia.
Morton RF, Hebel JR, Mc Carter RJ, 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistika, ed 5. Alih Bahasa : Apriningsih, Jakarta, EGC.
Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiolog, Yogyakarta , Gadjah Mada University Press.
Myrnawati, 2000. Epidemiologi, IKM FK YARSI Jakarta.
Noor, 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmojo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Rothman KJ et al. Epidemiologi Modern (terjemahan). Penerbit Pustaka Nusatam.
Soemirat, Juli, 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Subari, Heru dkk, 2004. Manajemen Epidemiologi, Yogyakarta, Media Presindo.
Add Comment
lentera pena